Jumat, 17 Desember 2010

HUKUM SEBAB AKIBAT DAN KELAHIRAN KEMBALI (2)

Maya : Waduh, hubungi mas susah amir. Telephone juga sulit. Di facebook juga ga nongol-nongol. Kemana, sih ?


Damar : Keadaan kadangkala memang benar-benar diluar kontrol kita. Ga bisa ditebak. Maaf, deh.


Maya : Ya sudah, ga pa pa. Tapi janji mas mau ngelanjutin untuk ngebahas Hukum Sebab Akibat dan Kelahiran Kembali harus ditepati, dong. Kan kemarin mas ga bilang ‘Kalau Tuhan menghendaki’.


Damar : Emang kalau aku kemarin bilang gitu kenapa?


Maya : Wah, alamat bisa nepatin bisa ga, dong…


Damar : Hehehehehe….


Maya : Kemarin mas sudah memberikan pemicu buat saya. Dan hasilnya, bom dalam otak saya meledak. Walau ga dahsyat. Tapi cukup membuat batasan pemikiran saya yang selama ini saya pertahankan hancur. Nah, saya ingin mas memberikan pemicu yang lain, yang lebih dahsyat. Saya ingin meledakkan sisa-sisa batasan pemikiran saya, yang kolot, absurd dan membebani. Saya ingin meledakkan semuanya…


Damar : Baguslah kalau begitu. Tapi sekali lagi aku tegaskan, aku hanya bisa dan hanya bisa memberikan pemicu, aku hanya seorang pemicu. Mau kamu gunakan atau gak, terserah kamu. Pun apabila sudah kamu gunakan, bom di otak kamu sudah meledak atau belum, juga tergantung kamu. Kalaupun belum meledak, ya tinggal tunggu waktu saja. Suatu saat juga bakal meledak. Kalau tidak dalam kehidupan sekarang, pasti akan meledak juga dalam kehidupan selanjutnya…


Maya : Gitu ya mas, oke deh. Aku siap…


Damar : Sekarang, buka kaca mata kamu. Telanjangi dirimu total. Jangan sampai mata kamu terlapisi ‘sesuatu’ sedikitpun…


Maya : Yup…


Damar : Alam ibarat sebuah mesin. MESIN SEMESTA. THE UNIVERSE MACHINE. Canggih, Sempurna dan Tidak pernah salah…


Maya : Sebentar, mas. Tidak pernah salah, sempurna. Wah, seperti pemahaman saya tentang Tuhan, dong…


Damar : Buka kaca matamu…Nanti ada saatnya kamu membandingkan apa yang aku uraikan dengan segala referensi-mu. Untuk saat ini, buat jarak antara kamu dan segala tumpukan referensi-mu….


Maya : Hehehehe…iya, maaf mas..


Damar : Nah, walaupun sempurna, Canggih, dan Tidak pernah salah. Ia tetap juga sebuah mesin, benda mati yang tak BERKESADARAN.


Maya : Wow..


Damar : TAK BERKESADARAN istilah Sanskertanya adalah ACETANA. Alam membentuk dirinya dari dirinya sendiri. Dan kemudian berkembang oleh dirinya sendiri.


Maya : Wah, mana mungkin suatu yang TAK BERKESADARAN bisa membentuk dirinya sendiri, bisa berkembang oleh dirinya sendiri. Bukankah yang TAK BERKESADARAN berarti juga TAK MEMILIKI KECERDASAN SENDIRI? Benda mati. Dan sesuatu yang mati, tidak mungkin bisa ber-aktifitas tanpa ada yang ‘HIDUP’ dan ‘BERKESADARAN’ yang menggerakkannya? Bukankah begitu ?


Damar : Tepat.


Maya : Adakah YANG BERKESADARAN dibalik YANG TAK BERKESADARAN itu ?


Damar : Itu adalah ‘ITU’. CETANA , YANG BERKESADARAN MUTLAK. Siapakah DIA? Tak ada definisi yang tepat untuk menggambarkan, menguraikan dan menjelaskan-Nya..


Maya : Tuhan?


Damar : Kata Tuhan sendiri tidak cukup untuk menampung dan menggambarkan siapakah ‘ITU’. Karena kata ‘Tuhan’ menyiratkan sosok sebuah Person. Sebuah Pribadi. Padahal yang sesungguhnya, ‘ITU’ BUKANLAH SEBUAH PRIBADI, MENGATASI SEMUA PRIBADI. TAK BERWUJUD, TAK BERSIFAT, BUKAN OBYEK, BUKAN INI, BUKAN ITU, BUKAN, BUKAN dan BUKAN…..ADA TAPI TAK ADA, TAK ADA TAPI ADA….


Damar : Mungkin, penggambaran yang bisa sedikit memudahkan kita tentang ‘ITU’ adalah bahwasanya ‘ITU’ adalah Subyek itu sendiri…


Maya : Wah, mulai musmet deh kalau mas mulai pakai kata-kata Subyek, Obyek. Mas jangan pakai kata-kata yang ga mudah dipahami, lah. Kata-kata yang ga mudah dipahami, yang susah atau bahkan kata-kata keren seperti para ahli filsafat Barat, ga perlu dipakai. Tujuannya kan supaya mudah dicerna, kalau ga mudah cerna, ya sama aja boong. Mending pakai kata-kata sederhana, yang penting kwalitasnya bukan kwantitasnya, jangan ikut-ikutan keren-kerenan, lah…


Damar : Iya, iya, iya…Gini,deh, ‘ITU’ yang ‘HIDUP’ dan ‘BERKESADARAN’ adalah SUMBER DARI SEGALA-GALANYA. Tak bisa dibagi-bagi, Ada semenjak dahulu, sekarang dan selamanya..Kekal Abadi. Tak mengenal Kemusnahan. Tak bisa dinodai oleh apapun. Melampaui segalanya. Senantiasa Murni. Kebahagiaan Sejati. Asal dan Tujuan segala makhluk. Dia Ada, dan akan selalu Ada. Senantiasa seimbang. Sempurna. ‘ITU’ adalah KESADARAN SEJATI MUTLAK. ‘ITU’ adalah HIDUP…


Maya : Energi Murni Mutlak..


Damar : Tepat. Dan manakala YANG TAK TERGAMBARKAN ini mulai berkehendak. Sedikit kehendak. Maka muncullah aktifitas-Nya yang mula-mula. ADIKARMA. Aktifitas Awal Semesta. Karma artinya adalah Aktifitas. Maka, MENURUNLAH DIA. JATUHLAH DIA DARI KONDISI SEMULA YANG MUTLAK TAK TERGAMBARKAN. Proses penurunan-Nya ini disebut AVATARA.


Maya : Wah…


Damar : Jadi AVATARA adalah DIA YANG MENURUN. ‘ITU’ YANG ME-NAIF-KAN DIRI-NYA DEMI SUATU TUJUAN. ‘ITU’ YANG TELAH MEMPERSEMPIT PELAMPAUAN-NYA DIATAS SEGALANYA. ‘ITU’ YANG BISA DIKENALI. ‘ITU’ YANG MEWUJUD…


Bersamaan dengan ADIKARMA-NYA, Aktifitas Pertama-Nya untuk ‘Menurun’. Keseimbangan total Dia berubah. Terguncang. Muncullah ‘BAYANGAN’ DIA. BAYANGANCIKAL BAKAL MATERIAL SEMESTA. Dalam istilah Sanskerta disebut PRAKRTI, PRA artinya SEBELUM dan KRI adalah MEMBUAT. PRAKRTI dapat diartikan BAHAN MATERIAL AWAL UNTUK MEMBUAT SEGALA JENIS FISIK MAKHLUK DAN SEMESTA. inilah yang menjadi


Dan. ‘ITU’ Yang Menurun. ‘ITU’ Yang Mewujud. ‘ITU’ yang ber-Avatara, disebut sebagai PURUSHA. PURUSHA adalah BER-EGO, BER-KEHENDAK, BER-KEINGINAN. Jadilah pasangan DUALITAS. PURUSHA dan PRAKRTI. Yang BERKESADARAN dan Yang TAK BERKESADARAN.


Maya : Merinding aku, mas….


Damar : Lantas dari Kehendak PURUSHA inilah

PRAKRTI bergetar, bergemuruh, beraktifitas. Menciptakan dirinya sendiri. Dalam proses ini, terciptalah tiga sifat dasar PRAKRTI, yaitu KETENANGAN, KEINGINAN (Agresif) dan KEMALASAN (Pasif/depresif). Dalam bahasa aslinya disebut SATTVA, RAJAH dan TAMAH. Dan siapapun makhluk yang berbadan fisik dari PRAKRTI, pasti memiliki tiga sifat dasar ini.


Apabila tiga sifat dasar PRAKRTI ini seimbang, maka terseraplah semua materi semesta termasuk materi fisik makhluk kedalamnya. Diamlah PRAKRTI. Apabila salah satu dari ketiga sifat dasar PRAKRTI ini goncang, maka terjadilah aktifitas PRAKRTI. Dunia material tercipta lagi. Terserap, Terwujud, Terserap, Terwujud, Tercipta, Hancur, Tercipta, Hancur…Demikianlah adanya.


Maya : Waduh, tambah merinding aku. Berarti, dunia material ini telah Tercipta dan Hancur berulang-ulang kali?


Damar : Yup.


Maya : Sampai kapan? Adakah batasan? Bukankah kalau ada awal, pasti ada akhir. Bukankah demikian hukum BENDA YANG TAK BERKESADARAN? Ada Alpha ada Omega…Dan apa hubungannya dengan bahasan kita kali ini?


Damar : Dengarkan. Begitu PURUSHA berkehendak, ber-aktifitas, ber-karma. Maka jatuhlah sebagian dari ‘ITU’ YANG TAK TERGAMBARKAN MELALUI PURUSHA. Jatuhlah ‘SEBAGIAN ITU DARI KONDISI KESUCIAN-NYA. Cahaya-Cahaya Illahi, Diri-Diri Suci. Inilah yang lantas kita kenal dengan ATMA alias RUH! RUH KITA INI!


Maya : Oh, mas……..(tergetar)


Damar : Jatuhnya DIRI-DIRI ILLAHI ini adalah suatu ‘KEKELIRUAN’. KEKELIRUAN YANG MEMANG DISENGAJA, YANG MEMANG DIKEHENDAKI. Kekeliruan dalam bahasa sanskerta disebut DOSHA. Berasal dari urat kata DISH. Ingat kata-kata DISH ketika kamu memulai perlombaan dan melakukan kesalahan dengan mendahului peserta yang lain? Dosha hanyalah kekeliruan, kesalahan. Tidak semenakutkan arti kata Dosa yang sekarang dimengerti masyarakat kita. Beda-beda tipis arti DOSHA dalam bahasa sanskerta, bahasa aslinya, dengan arti kata Dosa yang sekarang, yang telah berubah menakutkan…


Kekeliruan ini, Dosha ini memang disengaja, dikehendaki. Oleh ‘KITA’ sendiri, oleh ‘KAMI’ sendiri…


Maya : Jadi kelahiran ‘KITA’ ini memang kehendak dari ‘KITA’ sendiri? Wah…wah…wah…. Otakku meledak lagi, mas… Terjawab sudah! Terjawab sudah!!!


Damar : Dan PRAKRTI-lah yang menyediakan TUBUH-TUBUH FISIK, TUBUH-TUBUH FANA, SEBAGAI SARANA. SUATU SARANA UNTUK PERJALANAN DIRI-DIRI ILLAHI INI KEMBALI KEASALNYA SEMULA! SANGKAN PARANING DUMADI!


Dalam perjalanan ini dibutuhkan rentang waktu yang panjang.

Ada yang berjalan cepat…

Ada yang berjalan lambat…

Ada yang jatuh lagi…

Bahkan ada yang tidak jalan-jalan..

Yang ironis, ada pula yang jalan ditempat….


Setiap satu babak kehidupan habis, yaitu kelahiran dan kematian, Sang Atma, Sang Ruh akan dinilai, sampai dimana ‘Kesadaran’-Nya yang terkecoh oleh PRAKRTI berkembang. Berkembang seperti ‘KESADARANNYA SEMULA’. KESADARANNYA SEBELUM MENGALAMI KEJATUHAN. Bila belum juga berkembang, Dia akan lahir lagi, belajar lagi, berusaha lagi meningkatkan ‘Kesadaran-Nya’. Menemukan ‘Kesadaran-Nya’ kembali. Inilah yang disebut PARINAMA. Dalam bahasa kerennya disebut E V O L U S I. Evolusi Ruh. Evolusi Atma!!!


Maya : Aku baru sadar! Kesadaran-ku sekarang bisa melihat. Melihat ‘BENANG MERAH KEHIDUPAN’ ini. Walau masih samar…


Damar : Kejatuhan Atma-Atma ini terbagi tiga tingkatan. Tingkatan atas, menengah dan bawah. Semakin ke bawah, semakin jauhlah dia dari ‘Kesadaran Sejati-Nya’. Sangat-sangat bodoh. Tanpa pengetahuan. Kesadarannya remang-remang. Tanpa Kecerdasan.


Maka, melalui tiga tingkatan inilah setiap Atma harus menempuh Evolusi-Nya. Tiga tingkatan ini diibaratkan alam. Maka seringkali diistilahkan sebagai Tiga Alam. TRI LOKA…


Maya : Jelaskan lagi, mas…


Damar : Alam pertama, dikhususkan bagi Atma-Atma yang tidak begitu tenggelam ‘Kesadaran-Nya’. Terciptalah alam penuh kenikmatan, penuh kegembiraan, penuh kesuka citaan, sedikit penderitaan, sedikit duka, sedikit kesedihan. Alam ini dikenal dengan nama SVARGALOKA atau ALAM SURGA…


Alam kedua, dikhususkan bagi Atma-Atma yang ‘Kesadaran-Nya’ terlampau tenggelam. Maka terciptalah alam yang penuh penderitaan, duka cita, kesedihan, kesesakan, penuh gemeretaknya gigi, sedikit suka cita, sedikit keceriaan, sedikit kesenangan. Alam ini dikenal dengan nama NARAKALOKA atau ALAM NERAKA…


Lantas, Alam ketiga dan yang terakhir dikhususkan bagi Atma-Atma yang ‘Kesadaran-Nya’ setengah-setengah. Artinya tetap tenggelam dalam kebodohan, namun setingkat dibawah alam pertama dan diatas alam kedua. Ada suka, ada duka, ada gembira ada derita, berganti-ganti. Tak ada yang mendominasi. Alam ketiga ini dikenal dengan nama BHURLOKA atau ALAM BUMI….


Maya : Masih belum jelas, mas…


Damar : Intinya, untuk ber-Evolusi, untuk Parinama, dibutuhkan situasi dan kondisi khusus yang mendukung. Evolusi membutuhkan cambukan, pemicu agar Atma bisa tersadar dan terus bergerak maju pelan-pelan. Cambukan, Pemicu itu adalah PENDERITAAN maupun KEGEMBIRAAN. SUKA maupun DUKA. Tanpa ada dualitas itu, tanpa ada RVABHINEDA (Dua pasangan yang berbeda) itu, evolusi akan mandeg, stagnan dan berhenti…


Maya : Jadi, semakin dalam terperosok kedalam kebodohan, semakin tenggelam ‘Kesadaran-Nya’ dalam ketidak tahuan. Semakin lupa Atma siapa diri-Nya sesungguhnya, semakin pula butuh PEMICU YANG KERAS. Penderitaan, Duka, Derita dan semacamnya?


Damar : Yup. Tanpa penderitaan, Atma tidak akan ‘sadar’. Tanpa penderitaan Atma tidak akan bergerak maju. Tanpa penderitaan Atma tidak akan terpicu bergerak mencari ‘sesuatu’ yang bisa membahagiakan-Nya. Sesungguhnya, kita ini, apapun yang kita lakukan, apapun yang kita usahakan, bukankah mengejar apa itu yang namanya ‘Bahagia’ ? Semuanya, walau dalam cara pandang, persepsi dan tingkat kesadaran-Nya yang berbeda-beda. Sesuai sejauh mana Evolusi-Nya mencapai tingkat tertentu. Ada yang menganggap ‘materi’ sangat membahagiakan. Mati-matian pula kita mengejarnya. Ada yang menganggap ‘ Kekuasaan’ membahagiakan, mati-matian juga kita mengejarnya. Tapi bagi yang kesadaran-Nya telah mencapai Evolusi tingkat tertentu, semua itu tidak berguna, tidak kekal, dan tipuan. Kebahagian sesungguhnya adalah ‘KEMBALI MERASAKAN, KEMBALI MENYADARI KEBERSATUAN DENGAN SANG ITU YANG MUTLAK ABADI’. Karena tidak ada kemusnahan disana. Tidak ada yang fana disana. Kenikmatan duniawi, tidak bisa dibandingkan dengan KENIKMATAN ABADI YANG TAK TERBAYANGKAN TERSEBUT.


Maya : Wah!!! Dan sesungguhnya harsat mengejar materi, kekuasaan, kemasyhuran sebenarnya adalah insting alamiah setiap Atma yang merindui MENYADARI KEMBALI KEBERSATUAN DENGAN SANG ITU. Bukankah begitu mas?


Damar : Ya. Hanya masalah waktu. Proses Evolusi. Jika mereka benar-benar telah menyadari, materi, kemasyhuran, kedudukan dan segala macam tetek bengek duniawi ini bisa cepat musnah, menguap bagai embun pagi, dan dikala penderitaan karena kemusnahan itu datang, bisa dipastikan, kesadaran mereka akan sedikit meningkat. Bahwasanya, kebahagiaan yang mereka kejar selama ini, hanya semu, Maya. Mulailah mereka akan menemukan ‘kesadaran’ baru, bahwasanya APAKAH ADA KEBAHAGIAAN YANG TAK TERMUSNAHKAN itu ? Dari sinilah, Evolusi mereka sudah maju selangkah…


Maya : Pemicunya adalah penderitaan??? Wah…


Oh, ya, mas. Aku masih butuh penjelasan mengenai Tiga tingkatan Kejatuhan Atma tadi. Tolong diperjelas…


Damar : Sebenarnya, kalau mas kategorikan tiga tingkatan, kuranglah tepat. Sebab masih ada satu golongan Atma yang tidak ikut jatuh, dimana ‘Kesadaran-Nya’ masih stabil. Namun, telah terselimuti oleh Prakrti.


Maya : Jelaskan selengkapnya, mas..


Damar : Atma-Atma yang kejatuhannya tidak seberapa ini dikenal dengan nama PITR atau PARA LELUHUR. Disebut Leluhur karena dari mereka-lah mulai terlahir badan-badan fisik makhluk secara seksual. Seluruh makhluk penghuni ketiga Alam.


Maya : Jasad makhluk pengguni ketiga alam maksudnya..


Damar : Yup. Dari mereka terlahir jasad Para Deva yang kelak menghuni Svargaloka. Lantas Para Asura yang kelak menghuni Narakaloka dan jasad Manushya atau Manusia penghuni alam Bumi kelak…


Pun sebelum jasad-jasad Deva, Asura dan Manushya itu tercipta, mereka harus melahirkan jasad makhluk yang paling sederhana. Sebagai jasad awal untuk menyesuaikan tingkatan kejatuhan Atma yang sangat-sangat bodoh.


Dari merekalah terlahir jasad-jasad makhluk yang lahir melalui KERINGAT. Melalui PEMBELAHAN. Dikenal dengan SVEDAJA.

Lantas apabila Atma-Atma yang menghuni jasad paling sederhana ini telah ber-Evolusi bermilyard-milyard tahun, apabila sudah siap, maka mereka melahirkan jasad makhluk yang lahir melalui BENIH atau BIJI. Dikenal dengan UDBHIJJA.

Apabila Atma-Atma yang ber-Evolusi melalui bentuk Tumbuhan ini ada yang sudah siap meningkat ‘Kesadaran-Nya’, maka Para Leluhur melahirkan jasad-jasad makhluk yang lahir melalui TELUR. Dikenal dengan ANDAJA. Ingat kata-kata NDOG dalam bahasa Jawa? Yang artinya Telur. NDOG berasal dari kata Sanskerta ANDA..

Lantas apabila Atma-Atma sudah semakin siap, semakin maju dalam proses Evolusi-Nya, Para Leluhur melahirkan jasad-jasad makhluk yang lahir melalui KANDUNGAN. Dikenal dengan JARAYUJA.


Dan Para Deva, Asura serta Manushya adalah hasil evolusi jasad yang sempurna dari seluruh makhluk. Mereka dalam kategori JARAYUJA, yaitu yang lahir dari kandungan…


Maya : Wouw…Dan Evolusi ini melalui Kelahiran dan Kematian. Reinkarnasi…


Damar : Benar! Perlu diketahui, proses Evolusi, proses Parinama Atma dari bentuk sel, kebentuk biji, kebentuk telur dan kandungan yang masih diluar kelahiran Deva, Asura dan Manushya, murni dibimbing Prakrti. Dibimbing oleh Alam. Maka benar-benar alami. Proses ini hanya mengenal satu arah. Terus maju, terus meningkat secara pelahan. Tidak mengenal mundur. Namun, apabila sudah lahir menjadi Deva, Asura atau Manushya, maka proses Parinama ini, proses Evolusi ini, tergantung pada ‘Kesadaran’ mereka sendiri…


Maya : Dan karena proses evolusi ini tergantung dari ‘kesadaran’ mereka sendiri, maka dalam bentuk Deva, Asura atau Manushya, mereka bisa mempercepat, memperlambat atau jalan ditempat atau jatuh lagi ke belakang…


Damar : Benar, karena dalam bentuk Deva, Asura dan Manushya, selain terbalut jasad fisik dari Prakrti, Atma juga telah menciptakan bayangan-Nya lagi, yang lebih kasar, yang semakin menutupi kecemerlangan-Nya. Yaitu Badan Halus atau Suksma Sarira. Dengan adanya Suksma Sarira inilah, ego mulai muncul, ingatan mulai ada, kecerdasan tumbuh dan otomatis HUKUM KARMAPHALA mulai menjeratnya!!!


Maya : Jadi dengan kata lain, tiga bentuk kehidupan dibawah mereka, yaitu sel, biji dan telur serta kandungan dari hewan, sama sekali tidak terkena hukum sebab akibat. Wah…


Damar : Dan lucunya, Atma yang terlahir dalam wujud Deva atau Asura, tidak akan bisa berkembang ‘kesadaran-Nya’ bila tidak terlahir dalam wujud Manushya..


Maya : Kok bisa?


Damar : Alam Surga atau Svargaloka adalah alam yang penuh kenikmatan. Kondisi seperti ini tidak menunjang peningkatan ‘Kesadaran’. Tak ada penderitaan, tak ada kesedihan, tak ada duka cita, kalaupun ada cuma sedikit, tak seberapa…


Sedangkan Alam Neraka atau Narakaloka adalah alam yang penuh penderitaan. Kondisi seperti inipun tidak menunjang peningkatan’ Kesadaran’. Terlalu menderita, membuat aktifitas makhluk Asura sulit berbuat baik, ber-karma baik. Karena buah perbuatan baiknya terlalu lama tumbuh…

Sungguh-sungguh mengerikan kondisinya….


Hanya kondisi alam yang seimbang, dimana suka dan duka, senang dan susah, berganti-ganti. Hanya dalam alam seperti inilah yang mampu secara sempurna menunjang peningkatan ‘Kesadaran’. Dan hanya Bumi, alam Manushya yang tepat dan cocok untuk ‘MERAIH KESADARAN PURNA KEMBALI’. Maka, kelahiran kita sebagai manusia, patut-patut disyukuri…


Maya : Wah…Makanya derajat manusia lebih tinggi daripada Deva dan Asura. Aku baru mengerti sekarang.


Damar : Maya, cukup dari sini dulu aku memberikan pemicu. Lain waktu akan aku berikan pemicu yang lebih dahsyat lagi…


Maya : Makasih, mas. Sudah banyak yang meledak barusan. Mungkin nanti malam, akan semakin banyak lagi yang bakalan meledak setelah aku merenungkan semua yang barusan mas sampaikan…


Damar : Semoga, dan memang itu yang mas harapkan…


Maya : Kalau nanti ada hal yang perlu aku ketahui lagi, aku akan menghubungi mas lagi.


Damar : Yup..


Maya : Namaste, mas.


Damar : Namaste..



(3 Oktober 2009, by : Damar Shashangka)