Rabu, 15 Oktober 2008

Perjalanan Krisis Ekonomi


Perjalanan Krisis Finansial


Economy Wed, 15 Oct 2008 08:09:00 WIB
Jakarta - Krisis finansial belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, meski ratusan miliar dolar AS telah digelontorkan ke pasar. Inilah sebuah perjalanan kelam dari perekonomian dunia.

Indonesia pun tak luput dari dampak krisis yang bermula dari Amerika itu. Namun langkah cepat pemerintah untuk mengatasi krisis diharapkan bisa mengisolir Indonesia dari dampaknya.

Dalam perkembangan terakhir, AS akhirnya mengumumkan rencana pembelian saham-saham perbankan hingga US$ 250 miliar, yang merupakan bagian dari bailout US$ 700 miliar yang diteken Presiden Bush pada awal Oktober lalu.

Berikut kronologi krisis finansial AS, seperti dikutip detikFinance dari AFP dan berbagai sumber lainnya:

16 Maret 2008:

Bank investasi, Bear Stearns diobral kepada JP Morgan Chase hanya US$ 236 juta. Akuisisi itu dimotori oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve).

7 September:

Depkeu AS mengambil alih 2 perusahaan pembiayaan rumah terbesar AS: Fannie Mae dan Freddie Mac, sekaligus memberikan jaminan atas utang masing-masing institusi sebesar US4 100 miliar.

15 September:

Bank investasi raksasa Wall Street, Lehman Brothers mendaftarkan perlindungan kebangkrutan, setelah gagal mendapatkan investor, termasuk pemerintah AS yang tak mau memberikan bailout.

Di hari yang sama, Merrill Lynch mengumumkan kesepakatan untuk diakuisisi oleh Bank of America dengan nilai transaksi US$ 50 miliar.

Lembaga pemeringkat menurunkan peringkat utang American International Group (AIG). Saham perusahaan asuransi ini juga merosot hingga 60,8%.

Bank Sentral AS menyuntikkan US$ 70 miliar ke pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot hingga 504 poin atau 4,42%. Ini adalah kemerosotan terbesar sejak September 2001. Bursa-bursa Eropa pun ikut bertumbangan.

16 September:

Pemerintah AS akhirnya menyelamatkan AIG melalui suntikan modal hingga US$ 85 miliar, dengan imbalan 79,9% saham perusahaan asuransi raksasa itu. The Fed kembali menyuntik pasar hingga US$ 50 miliar.

17 September:

Saham-saham kembali berjatuhan karena ketidakpastian ekonomi. Indeks Dow Jones merosot hingga 449 poin (4,06%). Bapapem AS juga mengeluarkan larangan untuk sejumlah transaksi short-selling.

18 September:

The Fed dan Bank Sentral global menyuntikkan US$ 300 miliar ke pasar kredit. Saham-saham kembali menguat setelah diumumkannya rencana bailout.

Menkeu AS Henry Paulson dan Gubernur The Fed Ben Bernanke memulai pembicaraan untuk paket penyelamatan ekonomi melalui pembelian aset-aset beracun dari lembaga keuangan. Indeks Dow Jones sempat menguat hingga 410 poin.

19 September:

Pemerintah AS meminta kongres untuk segera menyetujui rencana penyelamatan US$ 700 miliar, yang merupakan rencana penyelamatan ala 'BLBI' yang terbesar dalam sejarah.

Fed kembali memompakan US$ 20 miliar ke pasar kredit. Saham-saham global kembali menguat.

21 September:

The Fed mengumumkan Goldman Sachs dan Morgan Stanley ---2 bank investasi yang masih tersisa di Wall Street --- akhirnya menanggalkan status bank investasi dan menjadi perusahaan holding bank.

24 September:

Presiden Bush secara nasional memberikan pidato yang menyatakan bahwa perekonomian AS berada dalam bahaya jika kongres tidak memberikan persetujuan atas rencana bailout tersebut. Bush juga mengundang 2 capres: Barrack Obama dan John McCain untuk ikut pertemuan di White House membahas krisis tersebut.

25 September:

Kongres mengumumkan kesepakatan fundamental atas prinsip-prinsip dari rencana penyelamatan tersebut, meski akhirnya pembicaraan mengalami deadlock.

26 September:

Washington Mutual (WAMU), bank terbesar di AS kolaps. JPMorgan Chase selanjutnya membeli sebagian aset WAMU senilai US$ 1,9 miliar.

29 September:

DPR AS menolak rencana bailout melalui voting 228-205, dengan Republik paling banyak menolak rencana tersebut. Indeks Dow Jones pun merosot hingga 778 poin, atau terbesar dalam sejarah.

1 Oktober:

Senat menyetujui paket penyelamatan ekonomi darurat, yang termasuk di dalamnya adalah pengurangan pajak dan kenaikan penjaminan untuk simpanan bank dari US$ 100.000 menjadi US4 250.000.

3 Oktober:

DPR AS menyetujui UU Penyelamatan Ekonomi melalui bailout dalam voting 263-171. Presiden Bush selanjutnya menandatangani UU tersebut, sementara Menkeu Henry Paulson diminta segera bergerak cepat membeli aset-aset beracun dari sektor finansial.

6 Oktober:

Indeks Dow Jones untuk pertama kalinya terpuruk di bawah level 10.000. Kejatuhan Wall Street pun memicu kejatuhan bursa-bursa global lainnya.

8 Oktober:

Untuk pertama kalinya Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan transaksi perdagangan, bahkan sebelum sesi I berakhir. Pada pukul 11.08 WIB, perdagangan saham dihentikan setelah IHSG anjlok hingga 10,38%.

12 Oktober:

Inggris dan negara-negara Eropa sepakat untuk menyuntikkan miliaran dolar AS ke sistem perbankannya, setelah menggelar pertemuan darurat di Paris.

13 Oktober:

BEI membuka kembali perdagangan saham, tanpa pre-opening dan adanya pembatasan auto rejection sebesar 10%.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan 2 Perppu yakni:


Perppu tentang perubahan kedua atas UU tentang BI. Perppu ini mengatur tentang perluasan jenis aset bank yang dapat dijadikan agunan untuk mendapatkan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dari BI.
Perppu tentang perubahan atas UU tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dalam Perppu ini, jumlah simpanan yang dijamin LPS yang sebelumnya paling banyak Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar, atau naik 20 kali lipat.

14 Oktober

Bank Indonesia kembali mengumumkan 5 langkah, termasuk di dalamnya pelonggaran Giro Wajib Minimum Valas.

Pemerintah AS mengumumkan kebijakan pembelian saham-saham perbankan hingga US$ 250 Miliar, yang merupakan bagian dari bailout US$ 700 miliar.(qom/ir)


Sumber: detikcom