Maya : Wah, setelah banyak yang meledak akibat pemicu yang mas berikan diotak saya, kok malah aku merasa semakin banyak pertanyaan dibenakku. Gimana ini, mas?
Damar : Itu menandakan proses evolusi-mu berjalan…Mas percaya para proses itu. Sebab, dengan semakin banyak pertanyaan dibenakmu, semakin kamu resah oleh karenanya, maka, semakin pula terpacu ‘kesadaran’-mu untuk menemukan sebuah jawaban, sebuah pemecahan, sebuah kebenaran…
Maya : Saat ini, detik ini, ‘mata’ ketiga-ku seolah terbuka. Timbunan reverensi konsep dan doktrin yang telah lama mapan di memoriku, kini seolah-olah harus dibongkar lagi, dipertanyakan lagi keabsahannya. Ada suatu kekuatan halus yang bersuara di hatiku, bahwasanya ada yang tak beres dengan semua kemapanan ini…Semakin kutepis, suara halus dan lembut itu seolah semakin menjadi-jadi…Aku tak bisa mengelak lagi…
Damar : Itulah suara ATMA, suara Ruh-Mu sendiri. Suara Hati Nurani. Tak bisa dibohongi dengan segala macam pembenaran, segala macam konsep timpang, segala macam dalih. Apa yang kurang beres, Dia akan menyuarakannya. Apa yang kurang benar, Dia akan meneriakkannya…
Maya : Apakah ini yang dinamakan suara RUH KUDUS, mas?
Damar : Tepat dan tidak salah!
Maya : Apa yang harus aku lakukan?
Damar : Ikuti, pasrahkan dirimu, percaya pada ATMA-Mu sendiri. Lepaskan segala macam kekhawatiran, kecemasan, ketakutan. Karena semua itu adalah asap keruh yang akan menyelubungi Kebenaran suara Ruh-Mu sendiri. Karena itu semua berasal dari Buddhi-Mu, Ahamkara-Mu, Citta-Mu dan Manah-Mu. NAIF DAN TERBATAS. Jangan dengarkan. Dengarkan saja suara Ruh-Mu. Suara ATMA-Mu. Teguhlah!
Maya : Oh, ya mas. Tolong ulas sekali lagi tentang Buddhi, Ahamkara, Manah dan Citta. Tentang Suksma Sarira kita ini. Biar aku bisa lebih siap diri untuk ‘berperang’ dengan mereka…hehehehe…
Damar : Baru-baru ini ada teman yang menanyakan hal serupa lewat facebook. Ok, ini aku ulas kembali.
CITTA = Ingatan Relatif, BUDDHI = Kesadaran+Kecerdasan Relatif, AHAMKARA = Perasaan Relatif (Ego), MANAH = Pikiran. Ditambah dengan SEPULUH INDRIA (DASENDRIYA) yaitu : CAKSU = Penglihatan, SROTA = Pendengaran, GHRANA = Penciuman, JIHVA = Pengecap Lidah, TVAK = Peraba Kulit, VAK = Pengucapan, PANI = Peraba Tangan, PADA = Peraba Kaki, UPASTHA = Rasa Kemaluan dan PAYU = Rasa Dubur (Kesepuluh Indra ini dipimpin oleh MANAH = Pikiran, maka MANAH juga seringkali disebut Indra ke Sebelas). Semua itu membentuk SUKSMA SARIRA (Badan Halus/Badan Astraal) manusia.
Sedangkan STHULA SARIRA (Badan Kasar/Badan Fisik) dibentuk dari :
1. ANGKASA (Ruang).
2. VAYU ( Udara/Angin ).
3. TEJA ( Cahaya/Api ).
4. APAH ( Air ).
5. PRTIVI ( Tanah ).
Disebut PANCA MAHA BHUTA ( Lima Maha Unsur Pembentuk Makhluk) .
Buddhi : Adalah kecerdasan intuitif yang berasal dariPrakrti (Alam) , maka di Jawa perkembang sebuah ungkapan BUDI PEKERTI , yaitu Kecerdasan yang memang ada dan pasti ada pada setiap manusia. Namun kecerdasan ini semacam potensi yang harus diasah oleh pemicu dari luar (pendidikan,pengalaman dll), selain Kecerdasan, Buddhi juga memuat apa yang disebut Kesadaran Relatif, kesadaran manusiawi, yang terbatas dan lemah. Apabila anda sadar bahwa anda ada, sadar bisa melihat, mendengar, merasa bertubuh, berada dlm ruang dan waktu, itulah Kesadaran Relatif. Dan akan 'menyusut sementara' bila dlm kondisi tidur dan pingsan. Atau 'kacau/terganggu' bila anda mengkonsumsi benda-benda yang tdk bisa diterima oleh perangkat fisik Kesadaran Relatif, yaitu otak (mabuk,dll) atau 'kacau/tergangu' semi permanent bila perangkat fisik Kesadaran Relatif rusak (gila, halusinasif dll).
Ahamkara : Adalah Perasaan/Emosi/Ego. Dimana anda merasakan kesedihan, kegembiraan, ketakutan, kedamaian, ketenteraman, benci, cinta, rindu, dendam, marah. Ahamkara ini sensitif. Apapun yang tidak membuat ia tersanjung ataupun apapun yang merugikan dia, dia akan meresponnya dengan cepat. Muncullah ego. Bila ego memuncak menguasai Buddhi, maka timbullah konsep-konsep timpang demi keuntungan pribadi seperti yang banyak kita jumpai sekarang ini. Buddhi merumuskan secara mendetail konsep-konsep semacam itu demi tuntutan Ahamkara. Ahamkara tidak cerdas, tapi bisa memaksa kecerdasan (Buddhi) menuruti dan memuaskan apa yang ia mau.
Manah : Pikiran adalah alat untuk menghayal, berilusi, merangkai-rangkai, mengandai-andai, bermimpi, dll. Biasanya muncul bila kita hendak tidur atau bermeditasi. Inilah alat yang sangat liar. Tapi pikiran adalah pintu gerbang informasi dari dunia luar ke dalam. Pikiran dikatakan pemimpin indra. Semua informasi dari luar, baik dari mata, telinga, hidung, mulut, kulit, dll harus melalui pikiran. Dari pikiran maka akan berkembang mempengaruhi Ahamkara, kecerdasan dan Ingatan (Citta) .
Citta : Ingatan/Memori. Segala bentuk pengalaman yang masuk lewat pikiran, direspon oleh ahamkara, dianalisa oeh Buddhi akan tersimpan dalam Citta sebagai File. Dari sinilah kita memutuskan bahwa pengalaman yang sama pada waktu selanjutnya, akan kita putuskan untuk dialami lagi atau ditolak. Citta adalah gudang semuanya. Dalam citta semua memori tersimpan, dlm citta segalanya tertumpuk file-file yang menyenangkan bagi kita atau yang tidak.
Inilah Suksma kita, badan halus kita.
Suksma dihidupi oleh ATMA/RUH. Suatu badan halus yang menjadi generator kita. Ibarat komputer ATMA adalah Energi/Listrik. Suksma adalah Soft Ware, sedangkan Badan Fisik adalah Hard Ware.
Bila Soft Ware meninggalkan badan fisik dlm kondisi tertentu, tidak berarti badan fisik harus rusak, sebab Energi masih mengalir pada Hard Ware. INILAH YANG DISEBUT 'PERJALANAN ASTRAAL' atau NGROGO SUKSMO dlm istilah Jawa.
Tapi bila ENERGI terputus , tidak perduli Soft Ware atau Hard Ware-nya masih bagus, inilah yang dinamakan mati. TAMAT. SUDAH TIDAK BERFUNGSI.
By: Damar Shashangka
Maya : Singkat, padat dan…kira-kira yang baca jelas ga ya? Hehehehe…
Damar : Kapan-kapan kita bahas lebih detail lagi. Yang penting, kamunya sendiri sudah paham. Dan ini tadi cuma sekedar buat kamu mengingatnya kembali…
Nah, lampauilah Buddhi-mu, lampauilah Ahamkara-mu, lampauilah Citta-mu, lampauilah Manah-mu. Biarlah ATMA-Mu yang mengambil alih. Usahakanlah itu mulai dari sekarang. Jangan tunda-tunda lagi. Karena AKU KATAKAN PADAMU, SESUNGGUHNYA, APA YANG DISEBUT SETAN ADALAH BUDDHI, AHAMKARA,CITTA DAN MANAH BESERTA INDRA-INDRAMU SEPERTI YANG AKU PAPARKAN DIATAS. SETAN ITU TIDAK ADA. CUMA METAFORA. SETAN ADALAH SUKSMA SARIRA-MU. YANG MEMBUAT KAMU TIDAK MENENTU DALAM HIDUP INI. BILA KAMU BISA MELAMPAUINYA, BISA MENGIKISNYA, KEBAHAGIAAN SEJATI MENGHAMPIRIMU!
Maya : Wow…Berarti benar, dong bila ada orang yang bilang : Bila ingin melihat Setan, bercerminlah!
Damar : Tepat. Setan ada dalam dirimu. Setan hanyalah bayangan keruh ATMA-MU karena pengaruh PRAKRTI. Makanya dia sangat terkutuk, sesat dan menyesatkan. Seandainya memang ada Setan diluar sana, hehehehe…aku ga bisa bayangkan…
Maya : Maksudnya?
Damar : Setan konon menurut keyakinan mereka yang masih belum ‘sadar’ bisa merasuki kita. Dan membuat ‘kesadaran’ kita dipengaruhi olehnya. Karena kesadaran kita sudah disetir Setan, konon katanya, kita bisa melakukan perbuatan-perbuatan yang tak terpuji. Mencuri, Memperkosa, Meminum minuman atau menghisap barang-barang yang memabukkan, bahkan bisa membuat kita melakukan pembunuhan, tanpa kita sadari.
Nah, kalau sudah begini, jangan-jangan ntar kita membunuh orang-orang yang dekat dengan kita tanpa kita sadari karena kesadaran kita dikendalikan oleh Setan, hehehehe…
Jangan-jangan kita bisa memperkosa saudara kita sendiri karena dipengaruhi Setan…
Wah, konyol…
Maya : Yang enak yang memperkosa, Setan dijadikan kambing hitam. Yang mencuri dan menikmati hasil curian adalah si Pencuri, yang disalahkan Setan…Wah wah wah. Ga gentle, dong….hahahahah..Kalau dipikir-pikir, kasihan ya si Setan. Sudah diciptakan terkutuk, sudah tidak punya pilihan untuk meningkatkan derajat hidupnya, sudah diciptakan hanya untuk bahan bakar neraka dan memang hanya untuk itu dia diciptakan, wah wah wah, merana benar dikau Setan…Kok ga ada yang berdemo, ya. Nuntut kesetaraan dengan segala makhluk ciptaan yang lain, gitu…hehehehe…
Damar : Dan ‘ITU’, BRAHMAN, TUHAN, tidak senaif itu….Tidak mungkin Dia menciptakan suatu makhluk hanya untuk sekedar buat bakar-bakaran semata…sekedar buat kayu penyala api semata…
Coba renungkan lagi, BRAHMAN, TUHAN itu TIADA DUANYA. TIADA BANDINGANNYA. APAPUN, SIAPAPUN MAKHLUK, WALAUPUN SEDIKIT SAJA, MAMPU ‘MENYAMAI’-NYA, Berarti makhluk itu huebat! Hanya BRAHMAN yang bisa membimbing, menginfiltrasi, merasuki ‘kesadaran’ kita. Tiada yang lain. Deva-pun, juga tidak bisa. Lha kok ada, makhluk terkutuk yang katanya bisa menyetir, menginfiltrasi, merasuki ‘kesadaran’ kita. Kita ini bukan robot yang bisa disetir-setir seenaknya. Kita ini ATMA. Kita ini ILLAHI….
Renungkan lagi, Setan itu sesungguhnya cuma metafora. Metafora yang dibuat oleh orang bijak masa lalu buat ‘menakut-nakuti’ orang-orang dulu yang kesadarannya masih terlalu kasar, terlalu dangkal. Kini, evolusi kesadaran kita sudah maju, lebih maju. Sudah saatnya kita mengatakan yang sesungguhnya..
Buka ayat-ayat suci kembali, kamu akan menemukan kebenaran ini…
Maya : Biar lebih jelas bagi aku, mas. Gini, konon katanya Setan dapat merasuki otak lewat pembuluh darah…
Damar : Suksma Sarira-mu, memang telah meyatu dengan jasadmu dan menutupi ATMA-mu bagaikan asap yang menyelubungi api. Suksma Sarira-mu, yang penuh keegoisan, keserakahan, kekacauan, dendam, iri, amarah, benci, khawatir, cemas, tidak menentu, resah, gelisah dan sebagainya dan sebagainya, termasuk juga trauma-trauma pahitmu, apakah tidak bisa disebut ‘mengalir lewat pembuluh darahmu dan merasuki otakmu’ ?
Maya : Hehehehe…Sekali lagi, Setan katanya tidak dapat mati sebelum kiamat datang, tapi dia dapat beranak-pinak terus menerus…
Damar : Suksma Sarira-mu memang tidak bakalan hancur, mati, lenyap, terkikir, sebelum kamu dapat menemukan ‘KESADARAN ATMA-MU KEMBALI’. Bila kamu telah memperoleh ‘KESADARAN ATMA-MU KEMBALI’, maka Suksma Sarira-mu akan pecah, lenyap. Segala keresahan, kecemasan, kegalauan, iri, dendam, benci, cemas, trauma, buyar sudah! Bila kamu telah ‘MENEMUKAN KESADARAN ATMA-MU KEMBALI’, itulah kiamat. Itulah akhir bagi kamu. Karena kamu tidak akan terlahirkan lagi. Tidak akan terjerat hukum dualitas lagi. Tidak akan terjerat karmaphala lagi. Tidak ada penderitaan lagi. Kamu telah ‘SEMPURNA’. Dan, kiamat bagimu sudah tiba. KAMU TELAH MENCAPAI PANTAI KEBAHAGIAAN. MOKSHA!!
Setan dikatakan terus beranak pinak, apakah kamu tidak merasa, segala keinginanmu, hasratmu, kecemasanmu, kekacauanmu, ketidak pastianmu, dari hari kehari, seiring bertambahnya usiamu, terus bertambah, bertambah dan bertambah. Keinginanmu terus berteriak, KURANG, KURANG, KURANG…! Kekacauan-mu terus beranak-pinak, terus beranak cucu. Hanya kamu yang bisa menghentikannya! Buat dirimu ‘KIAMAT’, maka Setan akan MATI!
Maya : Hehehehe…Aku jadi ingat,mas. Kemarin saudara-saudara kita baru menyelesaikan puasa sebulan penuh. Konon si Setan di penjara sebulan penuh. Aku jadi paham sekarang, hehehehe…
Damar : Dan sehabis bulan suci berlalu, Setan keluar lagi, kan?
Maya : Ya harus diusahakan dipenjara terus dong mas ah…!
Damar : Hehehehehe…
Maya : Lantas moyang Setan yang katanya Iblis itu apa?
Damar : PRAKRTI…
Maya : Lho kok?
Damar : Bagaikan sekeping uang logam dengan dua sisi, PRAKRTI menjalankan hukum karmaphala, hukum sebab akibat bagi semua makhluk fana yang jasad fisiknya berasal dari dia. Dia berperan sebagai SANG PENDADAR, SANG PENGGEMBLENG, KAWAH CANDRADIMUKHA . Suka-Dukha, kaya-miskin, sehat-sakit, panas-dingin dsb,dsb, semua dilahirkan oleh PRAKRTI untuk menggembleng, untuk mendadar, Para Deva, Asura dan Manushya. Namun disisi lain, PRAKRTI juga bisa berubah menyesatkan. Banyak obyek-obyek duniawi ini disediakan oleh PRAKRTI. Banyak kenikmatan-kenikmatan duniawi ini dilahirkan dari PRAKRTI. Dan semua itu MAYA. Semua itu FANA. Semua itu RACUN.
PRAKRTI bisa jadi IBLIS jika ‘kesadaran’ kita menganggap bahwa semua dualitas yang dia lahirkan kita terima dengan ‘ketidak sadaran’. Kita jadi senang berlebihan jika sedang beruntung, kita jadi benar-benar sedih jika sedang menderita. Kita terombang-ambing, tak tahu arah, tergerus bagai sepotong kayu terhanyut air bah. PRAKRTI berubah jadi IBLIS dalam ‘kesadaran’ konyol kita.
PRAKRTI bisa jadi ‘MALAIKAT', jika ‘kesadaran’ kita benar-benar ‘menyadari’, bahwa suka-duka, senang-susah, sakit-sehat, semua itu hanya UJIAN, COBAAN, GEMBLENGAN, CAMBUKAN, demi untuk peningkatan ‘kesadaran kita’. Demi untuk evolusi kita. Demi untuk menuntun kita ‘MENGGAPAI KESADARAN PURNA’.
Maya : Wow…Berarti, pada JAMAN KALIYUGA ini, jaman akhir ini, jaman kekacauan ini, bagi yang ‘kesadarannya masih kurang’, PRAKRTI dianggap telah benar-benar turun menjadi IBLIS BERMATA SATU. Dia sudah sedemikian hebat melahirkan, obyek-obyek kenikmatan duniawi, dan obyek-obyek kenikmatan duniawi itu kini, telah begitu gampangnya menyebar, melalui koran, majalah, televisi, handphone dan internet. Cukup satu langkah, seluruh dunia terjangkau olehnya, wah aku baru mudheng sekarang………….
Damar : Yang cuma bermata satu?
Maya : PRAKRTI yang telah melahirkan banyak obyek-obyek kenikmatan duniawi ini, bagi yang ‘kesadarannya masih kurang’, dianggap hanya punya satu focus, satu penglihatan, satu konsentrasi, yaitu ;KENIKMATAN DUNIAWI ITU SENDIRI. Sedangkan KENIKMATAN YANG SEJATI, KENIKMATAN YANG ABADI sudah tidak terlihat lagi, karenanya dikatakan MATANYA CUMA SATU…hehehehe..
Damar : Hahahahaha…Dan yang konon katanya didahinya ada tulisan ‘PEMBANGKANG’?
Maya : PRAKRTI ‘bagi yang kesadarannya masih kurang’ terlihat jelas sekarang hanya menyuguhkan hal-hal yang penuh pembangkangan, penuh pengingkaran kepada KEBAHAGIAAN SEJATI…
Damar : Bagi mereka yang tidak goyah oleh godaan PRAKRTI dan tetap pada jalan kebenaran dikatakan akan ‘DIGERGAJI KEPALANYA’. Maksudnya apa?
Maya : Ya yang tidak ikut edan dan gila-gilaan menikmati kenikmatan duniawi yang kini sedang diobral oleh PRAKRTI, pastinya juga harus sedikit pusing-pusing juga…
Damar : Hehehehe…
Maya : Dah ah mas, aku dah ngeh sekarang…Ga usah nunggu-nunggu SANG PENGUASA KEGELAPAN KELAK TURUN, sekarang ternyata sudah benar-benar turun, hehehehe…
Damar : Aku bersyukur ‘kesadaran’mu meningkat sekarang…
Maya ; Kembali ke pokok bahasan kita, mas. Setelah aku renungkan tentang semua yang mas uraikan kemarin, kok aku malah merasa sedikit apatis dengan kehidupan ini. Jadi lemes, loyo. Aku merasa, apapun yang aku lakukan, toh hasilnya juga tergantung buah karmaku dulu. Percuma aku bekerja keras mati-matian pada kehidupan kali ini, jikalau tidak punya tanaman karma baik dikehidupan lampau yang akan berbuah, toh hasilnya ntar juga gagal. Sebaliknya, kalau pada kehidupan kali ini, aku menghabiskan waktu dengan malas-malasan, tidak perlu mati-matian berusaha, jikalau punya tanaman karma baik dikehidupan lampau yang akan berbuah, toh pasti hasilnya aku juga akan sukses…
Aku jadi termangu-mangu, mas…
Tolong aku dong.
Damar : Hehehhe..Mas dulu juga sempat merasakan itu, namun bagaimanapun juga, ‘kesadaran’ mas tidak bisa serta merta menafikan kebenaran hukum Karmaphala dan Punarbhava…
Maya : Lantas?
Damar : Mas tak mendapat jawaban pasti…
Maya : Lho? Lah kalau begitu, mending ga usah tahu sekalian akan hukum Karmaphala jika tidak ada solusi…
Damar : Banyak yang hanya mengatakan ; Terimalah. Solusinya, banyaklah berbuat baik, sebagai tabungan nasibmu kelak. Mas diam. Dan ATMA mas berbisik. Ada yang kurang benar sedikit, cari jawabannya.
Maya : Maksud mas?
Damar : Aku dulu sempat balik bertanya : Kalau sekarang, pada kehidupan kali ini, ada seseorang yang telah kehabisan energi karena PRAKRTI telah mendorongnya pada batas kehancuran, benar-benar terlalu banyak batasan, hingga melangkah saja sudah tidak mampu, apa hanya terus-terusan mengharap datangnya kematian solusinya? Buat berkarma baik saja sulit, karena PRAKRTI benar-benar telah menyudutkannya sedemikian rupa…
Maya ; Memang ada yang sampai kayak gitu, mas?
Damar : Mas terpacu mencari jawaban didorong karena mas dulu punya seorang teman wanita yang mengalami trauma masa lalu yang begitu hebat. Dia pernah mendapat perlakuan buruk dari laki-laki. Dan hal itu sangat-sangat melukainya. Kesan itu tertanam erat di Citta-nya, sehingga, pada perkembangan selanjutnya, setiap kali bertemu laki-laki, siapapun, pasti dia ketakutan. Bahkan mas mendapati sendiri, keringat dinginnya pasti keluar setiap dia harus bertemu frontal dengan seorang lelaki. Termasuk jika bertemu sama mas….
Maya : Sampai sejauh itu, mas…
Damar : Mas kasihan juga. Manakala dia, dengan memaksakan diri sharing sama mas, dan pada gilirannya dia bertanya kepada mas dan begini pertanyaannya : Apakah ini semua buah karma burukku masa lalu?
Mas tidak segera menjawab. Karena jika dijawab YA. Itu juga tidak ada artinya. Yang terpenting, mencarikan solusi buat dia, bukannya memberikan sesuatu yang membuat dia semakin merasa bersalah ditengah penderitaannya.
Asal kamu tahu, dia sudah menghabiskan waktu untuk terapy, berbagai terapy. Mulai mendatangi psikiater, tak juga ada hasil, mungkin beaya juga menjadi salah satu factor, dan itu juga buah karma buruk dia, lahir dalam keluarga pas-pasan. Ke ahli Hypnotis, hasilnya juga tidak maksimal. Ikut pelatihan Yoga, sang instruktur kelihatannya juga acuh tak acuh, katanya…
Dia mengeluh, terpaksa mengeluh..Dia bilang sama mas ; Bagaimana aku bisa berinteraksi secara maksimal, bagaimana aku bisa berbuat positif untuk bekerja bebas diluar bercampur dengan para lelaki, mana mungkin sih ada sebuah perusahaan, mulai dari pimpinan sampai karyawannya terdiri dari wanita semua? Mana bisa aku berkarma baik kalau begini. Banyak lelaki yang ga bersalah sama aku harus aku buat tersinggung, marah, terhina atau hal-hal negatif lain. Mereka tidak mengerti keadaanku, kondisiku. Aku merasa, saat ini, sudah merasakan buah karma buruk, tapi tidak punya kesempatan untuk berbuat karma baik. ALAM TELAH MENUTUP AKSES BUAT AKU BERKARMA BAIK. Begitu setidaknya. Sebab, setiap hari, pasti ada seorang leki-laki yang harus ‘salah-paham’ dengan sikapku. Maafkan aku…Maafkan aku… Tapi apakah mereka bisa mengerti ? Satu dua yang bisa memahami, tapi banyak juga yang tidak paham…Dan mau tidak mau, aku banyak berbuat dosa pada mereka…
Ah, bagaimana ini?
Dan yang parah, bukan hanya kaum adam saja yang menyalah pahami kondisiku, para kaum hawa-pun jadi ikut-ikutan. Mereka, yang mempunyai kawan lelaki, dan dengan niat baik memperkenalkannya kepadaku, aku buat kecewa karena sikapku yang tidak menyenangkan kepada sahabat lelakinya. Ujung-ujungnya, mereka menjauhiku, membenciku…
Ah,…
Maya : Wah….
Damar : Itu hanya salah satu contoh saja.
Maya : Lantas, apa yang mas berikan bagi dia?
Damar : Dengarkan uraianku ini. Ada tiga jenis KARMAPHALA. Yaitu SANCITA KARMA, PRARABDHA KARMA dan AGAMI KARMA…
Maya : Jelaskan kepadaku…
Damar : SANCITA KARMA adalah timbunan semua karma, yang positif maupun negatif, dan kini, pada kelahiran yang sekarang, telah menyata, mewujud dan menjadi ‘DASAR’ bagi TAKDIR kita…
Maya : Contohnya?
Damar : Kamu lahir dari keluarga berkecukupan…
Lahir dalam kondisi fisik sempurna, anggun dan manis…
Lahir dalam kondisi cerdas…
Lahir dengan problem pelik diawal kehidupan kamu..
Semua sudah terjadi, semua sudah menjadi pondasimu.
Itulah SANCITA KARMA..
Maya : Lantas PRARABDHA KARMA?
Damar : PRARABDHA KARMA adalah timbunan semua karma, yang positif dan negatif, dan kini, pada kelahiran yang sekarang, belum menyata, belum mewujud dan belum pasti…
Maya : Contoh?
Damar : Apakah nanti keluarga kamu atau kamu sendiri akan tetap hidup dalam berkecukupan?
Apakah nanti kondisi fisikmu tetap sempurna, anggun dan manis?
Apakah nanti kamu tetap tajam kecerdasan kamu?
Apakah nanti problem pelik kamu bisa selesai atau tidak?
Itulah PRARABDHA KARMA.
Maya : Aku paham. Dan inilah yang bisa diramal oleh ahli ramal…Melihat PRARABDHA KARMA kita..
Damar : Benar! Dan AGAMI KARMA adalah, segala aktifitas kita, semenjak kesadaran kita tumbuh, semenjak lepas dari masa balita, semenjak itu, PRAKRTI mulai merekam Pikiran, Perkataan dan Perbuatan kita…
Maya : Selepas masa balita…
Damar ; Yup! Catat itu. Semenjak akil balik, segala aktifitas kita akan direkam oleh alam semesta, oleh PRAKRTI. Semenjak itulah, kita telah menanam TAKDIR KITA, menguntai TAKDIR KITA.
Tanaman karma yang kita lakukan pada kehidupan kita kali ini, ada yang tumbuh segera, instant, ada yang pending sementara, ada yang pending lama, bahkan ada yang pending hingga kita terlahirkan lagi kelak..
Maya : Menjadi SANCITA dan PRARABDHA dikehidupan kita kelak…
Damar : Pintar! Dan dengarkan, apabila kamu berbuat baik pada kehidupan sekarang, dan perbuatan baikmu berbuah seketika tidak menunggu waktu lama, berarti mungkin AGAMI KARMA yang berperan, atau malah PRARABDHA KARMA…
Maya : AGAMI KARMA atau PRARABDHA KARMA? Hem, yup…aku paham. Tapi gini, mas. Misal, kita sakit. Lantas kita berbuat positif dengan mencari penyembuhan. Tak berapa lama kita sembuh. Berarti, mungkin AGAMI KARMA berperan. Artinya usaha kita menuai hasil saat itu juga. Tapi jika PRARABDHA KARMA yang berperan, artinya kesembuhan kita ternyata bukan karena usaha kita saat itu, tapi memang KARMA BAIK KITA MASA LALU YANG TUMBUH, lantas, usaha kita saat itu kemana? Sia-siakah?
Damar : Akan berbuah dikemudian hari. Bisa berbuah kesehatan fisik kamu, atau jika kamu sakit, tanpa diminta ada yang datang menolong dengan suka rela…
Maya : Sekarang pertanyaan pokok saya. Kalau memang PRAKRTI hanyalah sebuah mesin, berarti dia dirancang untuk menumbuhkan sesuatu hasil tepat dan bisa diperhitungkan, bisa diperkirakan tumbuhnya, bisa dihitung secara matematis. Masalahnya mesin mana mungkin punya pertimbangan dan kesadaran? Kita ambil contoh, apabila kita menanam biji jagung, pasti dapat diperkirakan, tiga bulan setengah lagi akan tumbuh tongkol jagungnya. Bukankah begitu? Namun pada kenyataannya, PRAKRTI seolah punya kebijakan sendiri, kesadaran sendiri, pertimbangan sendiri. Tumbuhan karma kita tidak bisa kita perhitungkan kapan tumbuhnya secara tepat. Nah, ini yang membuat saya bertanya-tanya…
Damar : Yup! Cerdas kamu! Denngarkan kata-kataku ini…
Sesungguhnya, segala bibit karma yang telah direkam oleh PRAKRTI, setelah kita menjalani kematian dan siap lahir lagi, maka bibit itu diambil alih oleh PURUSHA!
Maya : Wah!
Damar : Dan PURUSHA-LAH YANG AKAN MENENTUKAN, KAPAN KARMA ITU MEWUJUD DALAM KEHIDUPAN KAMU. DIA YANG AKAN MEMILIHKAN WAKTU. WAKTU YANG TEPAT. DIA PUNYA RENCANA. DAN RENCANANYA CUMA SATU, SEMUA DEMI ‘PENINGKATAN KESADARAN’ KITA. TAK ADA YANG LAIN.
Maya : Oh Tuhan!!!
Damar : SEBENARNYA SEPERTI ITULAH YANG SESUNGGUHNYA!
Maya : Jadi apabila kita berdoa, memohon ampunan atas segala kesalahan dan dosa kita, baik yang telah mewujud yaitu SANCITA maupun yang belum mewujud atau PRARABDHA, maupun juga yang baru kita tanam pada kehidupan kali ini atau AGAMI, itu tidak sia-sia?
Damar : Benar! PURUSHA PUNYA KUASA. PURUSHA PUNYA KEBIJAKSANAAN. ATURAN ALAM, SIAPA YANG MENANAM PASTI AKAN MENUAI, BUKANLAH HARGA MATI! PURUSHA PUNYA WEWENANG TAK TERBATAS UNTUK MENGUBAHNYA! DEMI ‘PENINGKATAN KESADARAN’ KITA!
Maya : Terima kasih, mas. Kau telah membuka mataku. Terima kasih.
Bolehkah aku menyebut PURUSHA-mu dengan sebutan TUHAN?
Damar : Terserah. Yang penting kamu sudah memahami, SIAPA DAN APA TUHAN YANG SESUNGGUHNYA ITU.
Maya : Menyimak dari apa yang mas uraikan barusan, berarti ada juga karma baik maupun karma buruk kita yang tidak bisa tumbuh?
Damar ; Yup! Karena JANGANKAN KARMA. KITA MENANAM BIJI TUMBUHAN SAJA KADANGKALA, DIKARENAKAN TANAH YANG TIDAK SUBUR, BIJI ITU TIDAK BISA TUMBUH.
MAKA DENGARKAN KATA-KATAKU…
BUAT DIRIMU SEBAGAI TANAH YANG GERSANG, DENGAN MENDEKATKAN DIRI PADA-NYA, MEMOHON AMPUNANNYA, MENEBARKAN KASIH KEPADA SESAMA, BERAKTIFITAS POSITIF, JUJUR DAN LURUS, SEHINGGA KARMA BURUKMU TIDAK BISA TUMBUH.
BUATLAH DIRIMU SEBAGAI TANAH YANG SUBUR, DENGAN MENDEKATKAN DIRI PADA-NYA, MEMOHON AMPUNANNYA, MENEBARKAN KASIH KEPADA SESAMA, BERAKTIFITAS POSITIF, JUJUR DAN LURUS, SEHINGGA KARMA BAIKMU BISA TUMBUH SUBUR!
ITU KUNCINYA!
Dan teman wanita mas, telah menerapkannya. Hasilnya, dia berangsur-angsur sembuh sekarang. PURUSHA, KEBERADAAN, TELAH MEMBANTUNYA, TELAH IKUT CAMPUR TANGAN. SIKAP INI DINAMAKAN ISHVARAPRANIDHANA, MEMASRAHKAN DIRI SECARA TOTAL KEPADA-NYA, NISCAYA, DIA AKAN MENGULURKAN TANGAN-NYA…
Maya : Terima kasih, mas. Pencerahan yang mas peroleh telah membuat saya tercerahkan! Terima kasih.
Damar : Dalam keheningan meditasi-ku, aku mendapatkannya. SHIVA TELAH MEMBISIKKAN SEMUANYA MELALUI ATMAKU DIDALAM KEHENINGAN MEDITASIKU.
OM NAMAH SHIVA YA.
KSAMASVA MAM MAHADEVA…AMPUNILAH AKU OH MAHADEVA..
Maya : KSAMASVA MAM MAHADEVA…
Damar ; Cukup sudah pembahasan tentang KARMAPHALA DAN PUNARBHAVA. Lakoni semua ini dalam kehidupan kita sehari-hari…
Maya : Yup, mas. Tuhan akan membantu.. Namaste
Damar : Namaste…
(06 Oktober 2009, by : Damar Shashangka)