Salam HMNA
************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* ********* ********
----- Original Message -----
From: H. M. Nur Abdurrahman
To: islam_liberal@ yahoogroups. com ; Jamaah-Islamiyah@ yahoogroups. com ; muhammadiyah2002@ yahoogroups. com ; Relexjap@yahoogroup s.com ; Sabili ; surau@yahoogroups. com ; wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Tuesday, November 11, 2003 19:36
Subject: 185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
BISMILLA-HIRRAHMA- NIRRAHIYM
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
Ada dua pendapat mengenai penafsiran banjir di zaman Nabi Nuh AS. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa banjir itu hanya berlaku secara lokal, hanya di sekitar Asia Kecil saja. Alasannya ialah Nabi Nuh AS hanya diutus Allah SWT kepada kaumnya saja, sehingga Allah SWT hanya menghukum ummat yang engkar terhadap Nabi Nuh AS saja. Pendapat yang kedua ialah banjir itu meliputi seluruh permukaan bumi. Karena saya termsuk salah seorang yang sependapat dengan penafsiran yang kedua ini, maka saya akan memberikan ulasan yang cukup, yang sebagian besar berasal dari hasil kajian saya sendiri.
Kita mulai dahulu membahas apakah air bah itu setelah berhenti, keadaan permukaan air surut kembali seperti semula sebelum banjir. Ataukah air itu walaupun surut tidaklah kembali pada keadaan semula, melainkan ada daratan yang tetap berada di bawah permukaan air.
Wa Qiyla Ya Ardhu Bla'iy Ma-aki wa sSama-u Qli'iy wa ghiydha lMa-u wa Qudhiya lAmru wa Stawat 'alay Juwdiyyi (S.Huwd,44). Dan disebutkan, hai bumi telanlah airmu dan angkasa cerahlah, dan air surut, dan urusan ditetapkan dan (perahu) kandas di atas Judiyyu (11:44).
Judiyyu adalah nama sebuah gunung. Dengan kandasnya perahu Nabi Nuh AS di atas gunung, setelah air lebih dahulu surut, itu menunjukkan bahwa air tidaklah surut secara penuh, karena apabila air itu surut kembali pada keadaan semula sebelum banjir, maka perahu itu tidak akan kandas di gunung, melainkan di lembah atau tanah datar.
Dari mana asalnya air yang membanjiri permukaan bumi? Marilah kita kaji ayat Qawliyah yang berikut ini:
Wa Fa-ra tTannuwru Qulna- Hmil Fiyha- min Kulli Zawjayni Tsnayni (S.Huwd,40). Dan tanur telah menimbulkan (air), Kami berkata (kepada Nuh) muatilah (perahu) dari masing-masing (binatang ternak) berpasangan berdua-dua (11:40).
Dengan adanya kata min (dari) yang diikuti oleh kata masing-masing itu berarti bahwa yang dimuat itu adalah binatang ternak yang dibutuhkan untuk diternakkan kelak jika air bah sudah berhenti, dan mendapatkan pemukiman baru. Apabila ditafsirkan bahwa semua jenis pasangan binatang yang dimuat, jika diuji coba penafsiran ini dengan ayat Kawniyah, menurut metode pendekatan Satu Kutub, maka kapasitas muat perahu Nabi Nuh AS yang terbatas itu tidak cukup untuk memuat semua jenis binatang yang ada di bumi ini.
Air timbul oleh tanur. Istilah tanur itu sudah menjadi istilah baku dalam teknik (engineering) , khususnya dalam metalugri. Tanur adalah dapur yang menghasilkan panas dengan suhu yang tinggi, yaitu untuk mencairkan logam guna keperluan membuat logam paduan (alloy) dan memberi bentuk logam. Maka air itu timbul karena adanya panas dengan suhu yang tinggi.
Panas secara gradual mengalir dari bagian dalam bumi ke permukaan dan dilepas ke angkasa. Aliran energi panas itu mengakibatkan fenomena geologis. Dalam hal ini bumi berupa suatu mesin kalor (heat engine). Kuantitas panas yang mengalir dari bagian dalam yang kemudian dilepas ke angkasa itu disebut aliran panas bumi (terrestial heat flow). Aliran panas bumi ini tergantung dari gradien thermal dan konduktivitas bumi. Data hasil pengukuran pada daratan bumi menunjukkan aliran panas bumi sekitar 1.5 x 10-10 cal/cm2 detik. Inilah panas yang mengalir keluar dari tanur bumi.
S.Huwd, 40 dan 44 mengisyaratkan bahwa air itu berasal dari bumi oleh tanur dan dari angkasa yaitu hujan. Sebagaimana halnya Allah SWT secara langsung membelah laut merah tempat Bani Israil menyeberang, maka Allah SWT secara langsung meningkatkan kuantitas aliran panas bumi pada bagian kutub bumi dalam jangka waktu tertentu, sehingga es menjadi cair pada kedua kutub bumi. Akibatnya bumi dibanjiri dan digenangi air. Sementara itu Allah SWT mengirim debu kosmik dari angkasa yang menjadi inti pembentukan kristal es pada awan sehingga turunlah hujan yang lebat. Namun itu tidaklah berarti bahwa seluruh daratan di muka bumi tenggelam disapu air laut, oleh karena seperti dikemukakan di atas, kuantitas aliran panas bumi pada bagian kutub bumi hanya dalam jangka waktu tertentu saja. Setelah aliran panas bumi kembali menurun ke keadaan semula, berhenti pulalah proses pencairan lapisan es di kedua kutub itu. Air laut naik sekadar kuantitas lapisan es di kedua kutub yang menjadi cair. Dan sementara aliran panas menurun dalam kepada keadaan semula itu, air laut di kedua kutub membeku, sehingga air laut menyusut kembali. Aliran panas bumi berhenti menurun kemudian tetap lagi setelah sampai dalam keadaan semula, sehingga air laut berhenti turun, namun tidak kembali menurun dalam keadaan semula, karena proses pencairan lebih lama ketimbang proses pembekuan, yang berarti kuantitas laut yang menjadi air lebih banyak ketimbang kuantitas laut yang membeku.
Itulah penjelasan dari tafsir bahwa banjir di zaman Nabi Nuh AS bukan hanya sekadar secara lokal saja di Asia Kecil, melainkan air bah itu menyapu secara global.
Seperti telah dijelaskan dalam metode pendekatan Satu Kutub, hasil penafsiran di atas itu harus diuji coba dengan ayat Kawniyah.
Lembah s. Kongo terdapat sampai jauh ke luar pada daerah lautan Atlantik, sekitar 30 km dari muaranya yang sekarang. Itu menunjukkan bahwa sebelum air bah s. Kongo mengalir melintasi suatu dataran yang telah disapu air laut. Puncak-puncak gunung pada dataran yang disapu air laut itu menjadi pulau-pulau Madeira, Karibi dan Kanari di lautan Atlantik sekarang.
P. Sumatera, p. Jawa, p. Kalimantan dan jazirah Malaka hanya dipisahkan oleh laut yang tidak dalam. Itu menunjukkan bahwa sebelum air bah kedua pulau dan semenanjung itu berupa satu daratan, yang dalam ilmu bumi alam disebut Keping Sunda (Sunda Plat). Di s. Musi dan s. Kapuas terdapat ikan belido, bahan dasar untuk membuat mpek-mpek makanan khas Palembang. Sebelum laut Jawa dan selat Malaka tenggelam, s. Musi dan s. Kapuas merupakan anak-anak sungai dari sebuah sungai yang mengalir pada dasar laut di selat Malaka. Artinya s. Musi dan s. Kapuas pernah berhubungan sehingga di kedua sungai itu sekarang terdapat jenis ikan spesifik, yaitu ikan belido.
Demikian pula beberapa jenis binatang di p. New Guinea (Irian + Papua New Gunia) terdapat pula di Australia, seperti kanguru dan cungur bebek misalnya. Selat antara p. New Guinea dengan Australia lautnya tidak dalam. Itu menunjukkan bahwa sebelum air bah keduanya berupa satu daratan, yang disebut Keping Sahul, sehingga binatang-binatang spesifik yang tidak ada di bagian bumi yang lain ada di New Guinea dan Australia.
Uji coba dengan ayat-ayat Kawniyah di Kongo (Afrika), lautan Atlantik, Indonesia dan Australia itu menunjukkan bahwa air bah itu menyapu secara global.
Diperkirakan bahwa naiknya permukaan laut itu sekitar 13.000 tahun lalu, jadi sekitar tahun 11.000 sebelum Miladiyah, dan pada zaman itulah gerangan hidup Nabi Nuh AS, Wa Llahu A'lamu bi shShawab.
*** Makassar, 16 Juli 1955
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* *
----- Original Message -----
From: Eko Yulianto
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Monday, July 28, 2003
Subject: Re: [wanita-muslimah] 185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
Ass wrwb
Saya pikir gejala kenaikan muka air laut 13.000 tahun yang lalu tidak dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa banjir nabi Nuh karena banjir tersebut bersifat "mendadak".
Kenaikan muka laut 13.000 adalah bagian dari siklus muka laut yang bersifat jangka panjang. Tepatnya, kenaikan muka laut itu telah terjadi sejak sekitar 16.000 tahun yang lalu secara gradual, diselingi dengan penurunan muka laut secara singkat, dan mencapai puncaknya sekitar 5000-6000 tahun yang lalu. Di wilayah Indonesia, berdasarkan data-data geologi, pada saat ini muka laut berada sekitar 3-5 meter diatas muka laut sekarang. Pada sekitar 13000 tahun yang lalu sendiri muka laut masih berada lebih dari 10 meter dibawah muka laut saat ini. Kenaikan muka laut ini terjadi setelah periode penurunan muka laut yang terjadi pada zaman es (zaman es terakhir - last glacial maximum) yang dimulai sekitar 30.000-40.000 tahun yang lalu dan mencapi titik terendah sekitar 120 meter dibawah muka laut sekarang pada 18.000 tahun lalu. Selama zaman Kuarter (2 juta tahun terakhir), zaman es maksimum terjadi 4 kali. Dan karena zaman es ini adalah siklus maka selalu diikuti oleh kenaikan muka laut yang sifatnya sangat gradual dan berlangsung ribuan tahun.
Maka, saya pikir kurang masuk akal kalau peristiwa kenaikan muka laut yang perlahan-lahan itu akan menenggelamkan umat nabi Nuh.
Wass wrwb
Ekoy
************ ********* ********* ***
----- Original Message -----
From: H. M. Nur Abdurrahman
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Tuesday, July 29, 2003 21:13
Subject: Re: [wanita-muslimah] 185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
Trend umum naiknya air laut, yaitu yang anda ceritakan
A->B->C->D->e->f->g->h->I->J
Naiknya air laut karena banjir zaman Nabi Nuh
A->B->C->D->E->F->G->H->I->J
(lihat titik-titik kurva = dan - di bawah)
Adapun dadakan banjir / surut Nabi Nuh itu dinyatakan oleh kurva
= (E->F->G->H)
Mudah-mudahan cukup jelas bagi anda.
G=
H=
F= J=
I=
E= h-
g-
f-
e-
D=
C=
B=
A=
Wassalam, HMNA
************ ********* ********* *****
----- Original Message -----
From: Eko Yulianto
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, July 30, 2003 02:39
Subject: Re: [wanita-muslimah] 185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
Ass wrwb
Pak HMNA, ada dua masalah dengan penjelasan anda. Pertama, kalau banjirnya berbeda dari tren umum naiknya air laut, berarti banjir tersebut tidak global bukan ? Karena di tempat lain trennya tidak demikian. Tapi bukankah laut didunia ini berupa bejana yang berhubungan ? Dalam bahasa geologi dikenal kenaikan muka laut relatif, dan ini bisa berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya. Ini wajar karena kenaikan muka laut relatif faktornya bukanlah semata-mata perubahan volume air laut dan sering kali tektonik (dalam hal banjir berarti tenggelam/turunnyan ya daratan relatif terhadap muka laut). Dan tektonik sifatnya hanyalah lokal atau regional, bukan global.
Kedua, kalau gambaran kenaikan muka laut pada banjir Nabi Nuh itu demikian (gradual) maka apa iya banjir yang demikian bisa menenggelamkan ? Saya yang tidak mengerti bahasa arab menangkap pesan bahwa banjir Nabi Nuh sangatlah mendadak terjadinya, sehingga hanya orang dan makhluk yang sudah naik ke kapal Nabi Nuhlah yang tidak tenggelam dan terselamatkan. Dalam rekaman kenaikan muka laut setelah last glacial maximum, tidak/belum ditemukan bukti-bukti banjir yang mendadak itu baik lokal, regional atau global. Yang ada justru penurunan muka laut yang relatif tiba-tiba, yang salah satunya dimulai justru sekitar 13.000 tahun yang lalu yang buktinya telah ditemukan di seluruh dunia dan peristiwa/periodeny a disebut sebagai Younger Dryas.
Yang saya pelajari, banjir-banjir yang menenggelamkan kota-kota pusat kebudayaan dunia yang berada di tepi Pantai (dan diduga berkaitan dengan kenaikan muka laut global) justru terjadi setelah 10.000 tahun yang lalu, yaitu di sekitar Holocene Maximum (sekitar 5000 tahun yang lalu) pada saat muka air laut di seluruh permukaan bumi terbukti mencapai tertinggi dalam 20.000 tahun terakhir.
Wass wrwb
Eko
************ ********* ********* ********
----- Original Message -----
From: H. M. Nur Abdurrahman
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, July 30, 2003 06:56
Subject: Re: [wanita-muslimah] 185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
^sumbu dalamnya laut
|
| G=
| . H=
| F= . J=
| . I=
| E= . h- .
| g- .
| f- . .
| e- . .
| D= . .
| C= . . .
| B= . . .
|A= . . .
| . . .
| . . .
| .<-------p------->.<---q --->.
|.__________ _______._ _________ _________ _________ .________ ______
16000 tahun lalu 13000 tahun lalu ----> t
Wah, terpaksa saya tambah pekerjaan lagi. Saya kira postingan lalu itu cukup jelas. Begini, sekitar 13000 tahun lalu, terjadilah: Wa Fa-ra tTannuwru Qulna- Hmil Fiyha- min Kulli Zawjayni Tsnayni (S.Huwd,40). Dan tanur telah menimbulkan (air), Kami berkata (kepada Nuh) muatilah (perahu) dari masing-masing (binatang ternak) berpasangan berdua-dua (11:40). Selama ini panas secara gradual mengalir dari bagian dalam bumi ke permukaan dan dilepas ke angkasa, sekitar 1.5 x 10-10 cal/cm2 detik. Maka pada sekitar 13000 tahun yang lalu, Allah melipat-gandakan kuantitas aliran panas itu hanya di kedua kutub, sehingga lapisan es di kedua kutub itu mencair. Itulah ma'na: "Wa Fa-ra tTannuwru" yang menambah volume air laut, yang menurut hukum bejana berhubung-hubungan terjadi kenaikan air laut secara GLOBAL. Andaikata TIDAK TERJADI "Wa Fa-ra tTannuwru", maka air laut secara perlahan mengikuti kurva ber-"tren umum" SECARA GLOBAL melalui titik-titik kurva - (e->f->g->h). Namun ini tidak terjadi akibat "Wa Fa-ra tTannuwru", sehingga kuva aktual SECARA GLOBAL ialah menurut = (E->F->G->H). Mengapa SECARA DLOBAL juga?, ya, karena hukum bejana berhubung-hubungan itulah. Walaupun proses mencair dan membeku kembali terjadi di kedua kutub, ya SECARA GLOBAL ber-naik-turun pulalah air laut dalam banjir / surut Nabi Nuh, karena seperti yang anda tekankan di bawah hukum bejana berhubung-hubungan itulah.
************ ********* ********* ******
----- Original Message -----
From: Eko Yulianto
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, July 30, 2003 07:24
Subject: Re: [wanita-muslimah] 185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
Ass wrwb
terima kasih penjelasannya pak HMNA. Saya ragu dengan penjelasan demikian karena sepanjang saya mempelajari dan menggeluti bidang ilmu geologi kuarter sampai saat ini, belum saya temukan referensi yang menunjukkan bukti terjadinya fluktuasi muka laut yang seperti bapak jelaskan di sekitar 13.000 tahun yang lalu. Seandainya memungkinkan, adakah referensi yang bisa saya baca untuk penjelasan bapak tersebut ?
Wass wrwb
Eko
************ ********* ********* *********
----- Original Message -----
From: H. M. Nur Abdurrahman
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, July 30, 2003 10:28
Subject: Re: [wanita-muslimah] 185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
Satu-satunya bukti untuk referensi pernah terjadi fluktuasi itu adalah (S.Huwd,40) waktu banjir dan (S.Huwd,44) pada waktu surut. Dalam titik-titik kurva yang saya gambarkan, fluktuasi itu tidak kentara, oleh karena jarak waktu p + q hanya dalam jangka waktu perbekalan Nabi Nuh AS dalam perahu sudah habis, dan dalam pada itu perahunya kandas di lereng gunung Judiyyu. Jadi katakanlah jarak waktu p + q kurang dari satu tahun. Dan kalau jarak waktu p + q diplot dalam skala yang sama dengan kurva trend umum, yang dari 16000 tahun lalu hingga 13000 tahun lalu panjangnya 3cm, berarti 1 cm itu setara 1000 tahun maka panjang p + q hanya sekitar kurang dari 0.001 cm, maka akan nyata dalam kurva dalam skala yang sama itu kurva D->E->F->G->H->I menggambarkan fluktuasi yang tajam. Tentu saja flutuasi itu tak akan berbekas dalam catatan ayat Kawniyah (antara lain catatan geologis). Itulah antara lain gunanya ayat Qawliyah (ayat verbal yaitu Al Qur^an yang berasal dari wahyu) dapat memberikan informasi, yang tidak sanggup ditelusuri oleh manusia.
Wassalam,
HMNA
************ ********* ********* ****
----- Original Message -----
From: Eko Yulianto
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, July 30, 2003 10:54
Subject: Re: [wanita-muslimah] 185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
Ass wrwb
sebagai muslim saya percaya pada ayat kauliyah itu. Cuma di ayat kauliyah kan tidak disebutkan kapan terjadinya, apakah 13.000, 28.000 (pada 28.000 inilah ada kenaikan muka laut yang terjadi secara 'tiba-tiba' dalam waktu yang singkat), atau entah kapan. Nah ini poin yang saya pertanyakan. Jadi, kalau buktinya hanya ayat kauliyah saja maka bilangan 13.000 tahun yang lalu itu berarti hanya dugaan ? Kalau memang demikian ya tidak jadi soal, sebagaimana tidak jadi soal juga seandainya ada orang lain yang mengatakan bahwa banjir Nabi Nuh terjadi 28.000 tahun yang lalu (ini misalnya saja).
Mengenai bukti yang di laut jawa, di paparan sahul atau juga di paparan-paparan laut lainnya di seluruh dunia, bagi peneliti hal itu menjadi bukti titik terendah muka laut pada saat 'last glacial maximum' yang terjadi 18000 tahun lalu. Karena pada saat itu muka laut berada 120 meter dari muka laut saat ini maka terbentuklah alur sungai-alur sungai yang sekarang terlihat berada di bawah laut Jawa dan juga tentunya di lembah sungai Kongo.
Wass wrwb
Eko
************ ********* ********* **
----- Original Message -----
From: H. M. Nur Abdurrahman
To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, July 30, 2003 19:39
Subject: Re: [wanita-muslimah] 185. Banjir di Zaman Nabi Nuh AS
Kalau memang pada 18000 tahun lalu lembah s. Kongo adalah daratan, Sunda-plat dan Sahul-plat juga adalah daratan, maka saya kira sudah ada titik temu, artinya dari 18000 tahun lalu hingga sekitar 13000 tahun lalu lembah s. Kongo adalah daratan, Sunda-plat dan Sahul-plat masih daratan, lalu terjadi fluktuasi singkat itu. Karena fluktuasi yang tajam itu itu sangat singkat, maka tentu tak terdeteksi oleh mekanisme pendeteksi. Kalau demikian, maka gambaran kurva itu dapat menjadi seperti berikut:
^sumbu dalamnya laut
|
|ooooooooooooooooooo oooooooooooooooo oG=
| . H=
| F= . J=
|xxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxI=
| E= . h- .
| g- .
| f- . .
| LK SdP ShP e- . .
|++^^+++^^^+++^^^++D= . .
| C= . . .
| B= . . .
|A= . . .
| . . .
| . . .
| .<-------p---- --->.<---q --->.
|.__________ _______._ _________ _________ _________ .________ ______
18000 tahun lalu 13000 tahun lalu ----> t
++++++++++++ +++++++++ + muka laut sebelum banjir
xxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx muka laut sesudah air surut setelah banjir
ooooooooooooooooooo ooo muka laut pada akhir proses pencairan es di kedua kutub
LK SdP ShP
^^ ^^^ ^^^ adalah Lembah Kongo, Sunda-plat dan Sahul-plat yang tersembul di atas muka laut
Wassalam,
HMNA
************ ********* ********* ********* ********* ********
----- Original Message -----
From: a_kjasmine
To:
Sent: Wednesday, November 19, 2003 17:16
Subject: [wanita-muslimah] Re: Fw: [Jamaah-Islamiyah] Fw: [cuplikan] The Qur'an and Noah's Ark
Kalau banjirnya secara global, bagaiman menjawab pertanyaan2 sbb:
1. Bagaimana binatang di luar perahu Nuh bisa selamat dari banjir global?
Jawab: Ini saya copy paste dari Seri 185: "Allah SWT secara langsung meningkatkan kuantitas aliran panas bumi pada bagian kutub bumi dalam jangka waktu tertentu, sehingga es menjadi cair pada kedua kutub bumi. Akibatnya bumi dibanjiri dan digenangi air." Itulah yang dimaksud dengan banjir global, yaitu banjir merata di seluruh globa. Ini saya angkat lagi ke atas: "Namun itu tidaklah berarti bahwa seluruh daratan di muka bumi tenggelam disapu air laut, oleh karena seperti dikemukakan di atas, kuantitas aliran panas bumi pada bagian kutub bumi hanya dalam jangka waktu tertentu saja." Saya angkat lagi ke atas: "Air laut naik sekadar kuantitas lapisan es di kedua kutub yang menjadi cair." Itulah sebabnya tidaklah seluruh daratan dilahap banjir air laut secara global itu. Jadi binatang di luar perahu Nabi Nuh di gunung-gunung yang tinggi selamat dari banjir.
2. Apa yg menyebabkan air tertahan,
Jawab: Air tertahan naiknya karena (saya copy paste lagi dari Seri 185): "Setelah aliran panas bumi kembali menurun ke keadaan semula, berhenti pulalah proses pencairan lapisan es di kedua kutub itu." Jadi tatkala aliran panas bumi mulai menurun, maka pada saat itu air laut tidak naik lagi, artinya tertahan naiknya. Saya angkat lagi ke atas: "Dan sementara aliran panas menurun ke keadaan semula itu, air laut di kedua kutub membeku, sehingga air laut menyusut kembali. Aliran panas bumi berhenti menurun kemudian tetap lagi setelah sampai dalam keadaan suhu semula, sehingga air laut berhenti turun, namun tidak kembali menurun dalam keadaan semula, karena proses pencairan lebih lama ketimbang proses pembekuan, yang berarti kuantitas laut yang menjadi air lebih banyak ketimbang kuantitas laut yang membeku." Itulah sebabnya antara lain keping Sahul berubah wujud menjadi 3 pulau yang dipisah oleh selat dan laut yang tidak dalam, yaitu p Kalimantan, p Sumatera dan p Jawa.
Silakan baca baik-baik Seri 185. Kalau anda baca baik-baik Seri 185 niscaya anda tidak akan bertanya seperti pertanyaan yang anda telah kemukakan, karena sesungguhnya jawaban pertanyaan anda itu telah ada dalam Seri 185, seperti yang saya tunjukkan, yaitu "saya copy paste dari Seri 185".
************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* ********* ******
----- Original Message -----
From: Salahuddin Husein
To:
Sent: Wednesday, October 26, 2005 10:36
Subject: Re: [Lautan-Quran] Fw: diskusi Banjir Nabi Nuh
Assalamu'alaikum wr.wb.
Saya tidak ada keberatan dengan plot kerangka waktu tafsiran tersebut, karena memang periode hidup Nabi Nuh a.s. adalah bertepatan dengan periode naiknya muka airlaut secara global. Dan bila saya ditanya lebih lanjut, apakah peristiwa bencana alam mendadak (katastropik) dan berlangsung sangat singkat (bandingkan satu tahun dalam rentang waktu proses natural ribuan tahun) tersebut akan menimbulkan jejak yang terekam secara geologis?
Jawabnya: Bisa. Paling mudah dan paling jitu adalah mencari endapan terumbu (koral), karena mereka bersifat sensitif terhadap perubahan muka airlaut. Bila terjadi kenaikan mendadak, maka dipastikan akan terjadi kematian terumbu karang di seluruh dunia. Ini data yang tidak terbantahkan untuk menunjang tafsiran Pak HMNA. Sayangnya hingga saat ini, data yang relatif mudah dicari tersebut belum pernah dilaporkan dijumpai.
************ ********* ********* ********* ********* ********* ******
HMNA:
Sambil menunggu penelitian yang melaporkan kematian terumbu karang di dasar laut di seluruh dunia tersebut, yang biayanya tidak sedikit, tentu bisa diupayakan pendekatan multi disipliner. Yaitu dari legenda kebudayaan bangsa-bangsa di sekeliling dunia. Dalam legenda China ada disebutkan: "Dunia semuanya berada dalam kehancuran. Langit bocor dan air menyembur menutupi semua tempat". Dalam kebudayaan India, Shatapata Brahmana dan Mahabharata, disebut tokoh bernama Manu yang diselamatkan dari banjir besar bersama dengan Rishiz. Menurut legenda, seekor ikan yang ditangkap oleh Manu yang menyelamatkan keduanya. Dalam kebudayaan Wales, ada legenda tentang bencana dahsyat yaitu banjir yang amat mengerikan terjadi karena meluapnya Llynllion yang disebut dengan Danau Gelombang. Dalam kebudayaan Scandinavia, legenda Nordic Edda melaporkan tentang banjir besar. Dalam kebudayaan Lithuania, diceritakan bahwa beberapa pasang manusia dan binatang diselamatkan dengan berlindung di puncak permukaan gunung yang tinggi. Ketika angin dan banjir tersebut mulai mencapai ketinggian gunung yang hampir akan menenggelamkan yang ada diatas puncak gunung tersebut, sang Pencipta melemparkan sebuah kulit kacang raksasa kepada mereka. Sehingga mereka yang ada di gunung tersebut diselamatkan dari bencana dengan berlayar di dalam kulit kacang raksasa ini. Kalau semua yang diceritakan itu hanya kejadian banjir lokal yang biasa terjadi, tidak akan jadi legenda.
************ ********* ********* ********* ********* ********* *******
----- Original Message -----
From: guspur
To: mayapadaprana@ yahoogroups. com
Sent: Wednesday, October 08, 2008 8:27 AM
Subject: [Mayapada Prana] Fw: Es Kutub Mencair
http://www.kompas. com/read/ xml/2008/ 09/07/1154447/ kurangi.makan. daging.cegah. perubahan. iklim.
Kurangi Makan Daging, Cegah Perubahan Iklim
Kompas Minggu, 7 September 2008 | 11:54 WIB
*LONDON, MINGGU* - Salah satu isu yang masih hangat pada 2008 ini adalah
perubahan iklim. Bergulirnya isu tersebut membuat orang di dunia
berbondong-bondong memperbaiki gaya hidupnya.
Perubahan iklim telah menyebabkan kerusakan alam yang miris, seperti
mencairnya es-es abadi di Kutub Utara. Sejumlah ahli di dunia bahkan
memprediksi lapisan es abadi di Kutub Utara mungkin hilang sama sekali
tahun ini.
Jika kondisi tersebut benar-benar terjadi, kenaikan muka air laut akibat
pencairan es besar-besaran tidak dapat dicegah. Banjir mengancam kawasan
pesisir seluruh dunia. Kenaikan suhu atmosfer juga ditengarai memicu
badai makin sering dan kuat sehingga meningkatkan risiko ancaman kerusakan.
Untuk mencegah hal tersebut bisa dilakukan dengan sederhana asal
disadari semua orang. Pakar iklim dari Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC), salah satu badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Rajendra Pachauri, berhasil menemukan hal yang sangat sederhana untuk memperlambat efek perubahan iklim di dunia.
Menurut dia, mengurangi konsumsi daging dapat mereduksi efek tersebut.
Dia mengatakan setiap orang harus rela meluangkan satu hari dalam
seminggu, hidup tanpa asupan daging.
"Jangan makan daging satu hari dalam satu minggu secara rutin, itu akan mereduksi efek tersebut," ujarnya. Pria vegetarian berusia 68 tahun itu
menuturkan diet ini sangat penting karena akan mengurangi jumlah ternak.
Sebab, menurut Badan Pangan Dunia (FAO), usaha peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca secara langsung sebesar 18 persen dari proses pengolahan hingga pemotongan serta gas buang ternak yang mengandung methana. Pengendalian ternak bakal memberikan dampak signifikan.